Minggu, 05 Juni 2016

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1437H




waktu begitu cepat berlalu,
tak terasa satu tahun tlah terlewatkan,
kami hanyalah insan biasa yang tak luput dari khilaf dan salah,
untuk menyambut bulan yang penuh mubarakah ini mari kita saling memaafkan lahir dan bathin, amieen..

kami selaku admin mengucapkan
Selamat menunaikan ibadah puasa Ramadhan 1437 H
bagi yang menjalankan dan semoga Allah menggolongkan kita kedalam golongan orang bertakwa

Jumat, 03 Juni 2016

MENGENAL HAMA DAN PENYAKIT UTAMA PADA TANAMAN CABAI





HAMA UTAMA TANAMAN CABAI

Thrips
Hama thrips (Thrips Sp.) sudah tidak asing lagi bagi para petani cabai. Hama thrips tergolong sebagai pemangsa segala jenis tanaman, jadi serangan bukan hanya pada tanaman cabai saja. Panjang tubuh sekitar + 1 mm, serangga ini tergolong sangat kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang. Thrips biasanya menyerang bagian daun muda dan bunga . Gejala serangan hama ini adalah adanya strip-strip pada daun dan berwarna keperakan. Noda keperakan itu tidak lain akibat adanya luka dari cara makan hama thrips. Kemudian noda tersebut akan berubah warna menjadi coklat muda. Yang paling membahayakan dari thrips adalah selain sebagai hama perusak juga sebagai carrier atau pembawa bibit penyakit (berupa virus) pada tanaman cabai. Untuk itu, bila mengendalikan hama thrips, tidak hanya memberantas dari serangan hama namun juga bisa mencegah penyebaran penyakit akibat virus yang dibawanya.

Pengendalian secara kultur teknis maupun kimiawi. Kultur teknis dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap sepanjang musim. Selain itu dapat menggunakan perangkap kuning yang dilapisi lem. Pengendalian kimia bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida Winder 25 WP konsentrasi 0,25 - 0,5 gr /liter atau insektisida cair Winder 100EC konsenstrasi 0.5 - 1 cc/L.

Tungau (Mite)

Hama mite selain menyerang jeruk dan apel juga menyerang tanaman cabai. Tungau bersifat parasit yang merusak daun, batang maupun buah sehingga dapat mengakibatkan perubahan warna dan bentuk. Pada tanaman cabai. Tungau menghisap cairan daun sehingga warna daun terutama pada bagian bawah menjadi berwarna kuning kemerahan, daun akan menggulung ke bawah dan akibatnya pucuk mengering yang akhirnya menyebabkan daun rontok. Tungau berukuran sangat kecil dengan panjang badan sekitar 0,5 mm, berkulit lunak dengan kerangka chitin. Seperti halnya thrips, hama ini juga berpotensi sebagai pembawa virus.


Kutu (Myzus persicae)

Aphids merupakan hama yang dapat merusak tanaman cabai. Serangannya hampir sama dengan tungau namun akibat cairan dari daun yang dihisapnya menyebabkan daun melengkung ke atas, keriting dan belang-belang hingga akhirnya dapat menyebabkan kerontokan. Tidak sepeti mite, kutu ini memiliki kemampuan berkembang biak dengan cepat karena selain dapat memperbanyak dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan.


Lalat Buah (Bactrocera cucurbitae)

Kehadiran lalat buah ini, dapat menjadi hama perusak tanaman cabai. Buah cabai yang menunggu panen bisa menjadi santapannya dalam sekejap dengan cara menusukkan ovipositornya pada buah serta meletakkan telur, menetas menjadi larva yang kemudian merusak buah cabai dari dalam.

Pengendalian kultur teknis dapat dilakukan dengan membuat perangkap dari botol bekas air mineral yang di dalamnya diberi umpan berupa Atraktan Lalat Buah (ATLABU) keluaran Balai Penelitian Obat dan Aromatik. Selain itu dapat juga digunakan perangkap kuning seperti yang dilakukan pada hama thrips. Karena umumnya serangga-serangga tersebut sangat menyukai warna-warna mencolok.

Ulat Grayak (Spodoptera litura)

Ulat ini saat memasuki stadia larva, termasuk hewan yang sangat rakus. Hanya dalam waktu yang tidak lama, daun-daun cabai bisa rusak. Ulat setelah dewasa berubah menjadi sejenis ngengat akan memakan daun-daunan pada masa larva untuk menunjang perkembangan metamorfosisnya.



PENYAKIT UTAMA TANAMAN CABAI

Antracnose
Penyakit Antracnose dikenal juga dengan istilah “pathek” adalah penyakit yang hingga saat ini masih menjadi momok bagi petani cabai. Buah yang menunggu panen dalam beberapa waktu berubah menjadi busuk oleh penyakit ini. Gejala awal dari serangan penyakit ini adalah bercak yang agak mengkilap, sedikit terbenam dan berair, buah akan berubah menjadi coklat kehitaman dan membusuk. Ledakan penyakit ini sangat cepat pada musim hujan. Penyebab penyakit ini adalah jamur Colletotrichum capsici.

Pengendalian membersikan tanaman yang terserang agar tidak menyebar, saat pemilihan benih harus kita lakukan secara selektif, menanam benih cabai yang memiliki ketahanan terhadap penyakit pathek.

Layu Bakteri
Penyakit ini disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Gejalanya tanaman yang sehat tiba-tiba saja layu yang dalam waktu tidak sampai 3 hari tanaman mati. Bakteri ini ditularkan melalui tanah, benih, bibit, sisa tanaman, pengairan,nematoda atau alat-alat pertanian.

Pengendalian membuang tanaman yang terserang, tetap menjaga bedengan tanaman selalu dalam kondisi kering, rotasi tanaman. 

Virus Kuning (gemini virus)
Vektor virus kuning adalah whitefly atau kutu kebul (Bemisia tabaci). Telur diletakkan di bawah daun, fase telur hanya 7 hari. Nimpa bertungkai yang berfungsi untuk merangkak lama hidup 2-6 hari. Pupa berbentuk oval, agak pipih berwarna hijau keputih-putihan sampai kekuning-kuningan pupa terdapat dibawah permukaan daun, lama hidup 6 hari. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena dibawah permukaan daun yang bertepung, lama hidup 20-38 hari. Tanaman yang terserang penyakit virus kuning menimbulkan gejala daun mengeriting dan ukuran lebih kecil.

Pengendalian dilakukan dengan menanam varietas yang agak tahan (contoh cabai keriting Bukittinggi), menggunakan bibit yang sehat, melakukan rotasi /pergiliran tanaman, pemanfaatan tanaman border seperti tagetes atau jagung, pemasangan perangkap kuning sekaligus mengendalikan kutu kebul, serta eradikasi tanaman sakit yaitu tanaman yang menunjukkan gejala dicabut dan dibakar.

Kamis, 02 Juni 2016

PENGARUH INFESTASI ATAU SERANGAN OPT TERHADAP KEHILANGAN HASIL PADA BEBERAPA VARIETAS PADI

 sumber: BBPOPT Jatisari
kelhasdpnOrganisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) adalah merupakan salah satu penghambat dalam budidaya tanaman padi, dengan jumlah populasi dan tingkat serangan yang terjadi setiap saat, dapat mengganggu stabilitas ketahanan pangan di Indonesia, pada akhir-akhir ini yaitu tahun 2010 dan awal 2011 banyak dilaporkan terjadi serangan OPT yang cukup luas.
Beberapa OPT diantaranya adalah Penggerek Batang Padi (PBP), Wereng Batang Coklat (WBC), Tikus, hama putih palsu, Ganjur, Siput murbey dan beberapa penyakit utama adalah merupakan OPT utama tanaman padi yang mempunyai karakteristik yang berbeda dilapangan termasuk kebutuhan lingkungan yang mempengaruhi perkembangannya. Kejadian dilapangan banyak terjadi kasus serangan atau terjadinya peningkatan kepadatan populasi pada suatu lokasi, biasanya apabila populasi atau serangan OPT dominan pada suatu lokasi sudah muncul, maka ada kecenderungan OPT lainnya tidak berkembang,   selain itu juga keadaan populasi atau serangan pada lokasi satu dan lokasi lainnya sering terjadi perbedaan, penanaman jenis varietas padi juga berpengaruh terhadap perkembangan OPT. Katagori serangan sebagai batasan untuk menilai tingkat serangan yang sudah ada dan selama ini dipakai oleh petugas lapangan yaitu katagori serangan ringan (R), berkisar 0 – 25 %. Sedang ( S) berkisar 26 – 50 %, Berat berkisar 50 - 75 (%), dan Puso (P) diatas 85 %. Dari tingkat serangan tersebut sejauh mana pengaruhnya terhadap kehilangan hasil. Dengan melaksanakan kegiatan Pengaruh Infestasi atau Serangan OPT Terhadap Kehilangan Hasil Pada Beberapa Varietas Padi, melalaui beberapa metode, diantaranya melakukan pengamatan perkembangan beberapa OPT Utama dari mulai populasi awal sampai dengan tingkat serangnya, selain itu juga mengamati beberapa faktor yang mempengaruhinya dilapangan (musuh alami), kajian ini diharapkan bisa memperoleh gambaran tentang perkembangan OPT pada beberapa varietas, termasuk hubungan korelasi OPT dengan kehilangan hasil.
 .
kelhas1
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
kelhas2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.





Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh katagori serangan OPT terhadap kehilangan hasil, adapun sasarannya adalah Diketahuinya pengaruh katagori serangan OPT terhadap kehilangan hasil. dilaksanakan di wilayah Kabupaten Subang dan Karawang yang mempunyai waktu tanam relatif sama, waktu pelaksanaan di lapangan sekitar bulan Maret – Nopember 2011, Metode pengamatan adalah cara visual dilakukan mulai stadia anakan maksimal, Primiordia /bunting, pengisian, masak susu dan padi kuning, serta pengambilan sampel panen sebanyak 9 rumpun tiap hamparan untuk masing-masing varietas di 18 hamparan. Sebagai pembanding juga pengambilan sampel dilakukan pada lokasi serangan OPT Utama di luar lokasi kegiatan. Prosesing panen dilakukan di laboratorium. Adapun hasil kegiatan tersebut adalah :
  1. Serangan PBP pada lokasi kegiatan umur tanaman 6 – 12 mst intensitas yang terjadi sangat rendah tetapi pada saat panen intensitas tersebut meningkat dengan intensitas tertinggi mencapai 25.97 %
  2. Hasil pengamatan dan pengambilan sampel di luar lokasi kegiatan intensitas serangan sangat bervariasi berkisar 0.00 – 100 % rata rata ( 40.5 %)
  3. Populasi WBC dari semua lokasi dan varietas keadaan populasinya sangat rendah, kecuali pada umur 6 dan 8 mst, dijumpai populasi mencapai 15.87 ekor/rpn, namun keadaan tersebut segera dikendalikan.
  4. Hasil pengamatan diluar lokasi kegiatan dijumpai tanaman padi dengan populasi dan serangannya cukup tinggi pada varietas ciherang.
  5. Pengaruh serangan WBC terhadap kehilangan hasil dapat diestimasiy = 19.69ln(x) + 6.042 R² = 0.73 dimana Y adalah Kehilangan hasil (%) dan X adalah Intensitas serangan WBC (%).
  6. Presen kehilangan hasil oleh serangan WBC dimulai pada serangan 0.8 % dengan kehilangan hasil 1.65 %, selanjutnya serangan > 1 – 25 ( R ) dengan kehilangan hasil 53.63 %. Serangan >25- 50 % ( S ) 77.30 %, serangan > 50 – 90 % (B) sebesar 89.56 % dan Serangan >90 % (Puso) dengan kehilangan hasil sebesar 95.80 %.
  7. Pengaruh serangan PBP terhadap kehilangan hasil dapat diestimasiy = y = -0.053x + 5.346 R² = 0.538 dimana Y adalah Kehilangan hasil (%) dan X adalah Intensitas serangan PBP (%).
  8. Presen kehilangan hasil oleh serangan PBP > 1 – 25 ( R ) dengan kehilangan hasil 12.95 %. Serangan >25- 50 % ( S ) 37.72 %, serangan > 50 – 90 % (B) sebesar 69.91 % dan Serangan >90 % (Puso) dengan kehilangan hasil sebesar 94.7 %.

Rabu, 01 Juni 2016

LAPORAN HASIL UJI KETAHANAN VARIETAS PADI T.A. 2014

I.  PENDAHULUAN


A.     Latar belakang
Padi (Oryza sativa) adalah komoditas tanaman pangan di Indonesia. Kecukupan beras merupakan usaha strategi pemerintah dalam memantapkan ketahanan pangan, ekonomi dan stabilitas politik nasional. Sebagian masyarakat menghendaki adanya pasokan dan harga beras yang stabil, berkualitas baik tersedia sepanjang waktu, tersalur secara merata, dengan harga terjangkau.
Kebutuhan beras nasional meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan jumlahpenduduk. Kebutuhan beras nasional pada tahun 2010 mencapai 30,91 juta ton dengan asumsi konsumsi per kapita rata-rata 139 kg per tahun. Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,7 persen per tahun dan luas areal panen 11,8 juta hektar dihadapkan pada ancaman rawan pangan pada tahun  2030.
Dalam mendapatkan target produksi tersebut seperti mengembangkan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu model untuk meningkatkan hasil padi. PTT meliputi varietas unggul, perwilayahan, pergiliran varietas, prasarana khususnya rehabilitasi jaringan irigasi, penataan sistem distribusi pupuk dan penyediaan benih bermutu di tingkat petani, juga disebabkan oleh hama dan penyakit serta perubahan iklim. Kendala yang sering dihadapi oleh petani adanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Salah satu diantaranya adalah hama tanaman, dimana hama ini menimbulkan gangguan tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, vertebrata, moluska .
Hama merupakan kendala yang perlu selalu diantisipasi perkembangannya karena dapat menimbulkan kerugian bagi petani.  Hama dan penyakit yang seringkali merusak tanaman padi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir adalah tikus diikuti oleh penggerek batang dan wereng coklat. Oleh karena itu, hama ini perlu mendapat prioritas penanganan di samping hama potensial lainnya seperti belalang, lembing batu, ganjur, dan keong mas .
Untuk meningkatkan produksi padi adalah memperbaiki kultur teknik budidaya padi sawah dan menanam padi hibrida atau varietas unggul bersertifikat. Varietas unggul berperan penting dalam program peningkatan produksi padi.Selain berdaya hasil lebih tinggi 5–8 ton/ha, berumur pendek, 110–135 hari, dengan umur yang lebih pendek, petani dapat meningkatkan intensitas penanaman dari satu menjadi dua kali padi atau lebih pertahun.
Varietas unggul memiliki keunggulan seperti tahan terhadap hama, penyakit tertentu, rasa nasi dan respon terhadap pupuk, ketahanan tanaman pada serangga meliputi semua ciri dan sifat tanaman yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangga dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman lain dari species yang sama. Kebanyakan tanaman padi yang ditanam petani adalah varietas unggul, yang berproduksi tinggi dan berumur pendek. Namun demikian, penanaman padi dari varietas unggul belum sepenuhnya diikuti dengan penggunaan benih  yang berkualitas karena hampir semua varietas yang digunakan memilki deskripsi hanya tahan terhadap wereng coklat, belum ada varietas yang memiliki deskripsi tahan terhadap penggerek batang putih sehingga penulis tertarik menguji sejauh mana varietas padi tersebut  tahan terhadap penggerek batang padi putih (PBPP).
Perubahan sifat hama telah berulangkali terjadi, sebagai akibat intensifnya penggunaan varietas padi yang resisten dan aplikasi pestisida. Pada saat ini penggunaan varietas unggul telah menyebabkan timbulnya suatu biotipe baru dari vereng batang coklat yang pengaruh / sifatnya melampaui biotipe yang semula.
Untuk mengimbangi laju intensifnya penggunaan varietas-varietas baru , perlu dilaksanakan uji lapang untuk melihat reaksi ketahanan varietas terhadap hama wereng batang coklat khususnya dan OPT lain.

selengkapnya.......................






























TEKNIK PENGAMATAN OPT


Berdasarkan Buku Pedoman Pengamatan Dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan tahun 1992 direkomendasikan bahwa untuk  teknik pengamatan OPT dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu dengan Pengamatan Tetap dan Pengamatan Keliling atau patroli.  Waktu pengamatan dapat dilakukan 4 (empat) hari dalam seminggu, kecuali untuk tangkapan lampu perangkap dan curah hujan dapat dilakukan setiap hari.

Pengamatan tetap bertujuan untuk mengetahui perubahan kepadatan populasi dan intensitas serangan OPT, kepadatan populasi musuh alami yang efektif serta besarnya curah hujan.  Pengamatan dilakukan pada petak pengamatan, lampu perangkap dan penakar curah hujan.  Komponen yang diamati terdiri atas perubahan kepadatan populasi dan intensitas serangan pada petak contoh yang tetap.  Petak contoh ditentukan secara purposive, sehingga mewakili bagian terbesar dari wilayah pengamatan.  Pengamatan dimulai sejak tanam, cara bercocok tanam/pola tanam dan varietas yang ditanam.

Setiap petak contoh ditentukan 3 (tiga) unit contoh yang terletak di titik perpotongan garis diagonal pada petak contoh (A) dan di pertengahan potongan-potongan garis diagonal dari diagonal terpanjang (B dan C) seperti terlihat pada Gambar.  Tiap unit contoh terdiri atas 10 (sepuluh) rumpun contoh, dan diamati intensitas serangan OPT, kepadatan populasi OPT dan kepadatan populasi musuh alami.


Gambar : Penyebaran Unit Contoh Dalam Petak Contoh (Sumber : Buku Pedoman Pengamatan Dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan , 1992 : 6).

Kepadatan populasi OPT dan musuh alami yang efektif tertarik cahaya diamati pada satu  atau lebih lampu perangkap yang mewakili wilayah pengamatan.  Lampu perangkap ditempatkan jauh dari faktor-faktor yang akan mempengaruhi banyaknya serangga pengganggu tanaman dan musuh alami yang tertarik cahaya.  lampu dinyalakan dari senja sampai fajar, serangga yang tertangkap diidentifikasi dan dihitung.  Serangga yang tertangkap umumnya adalah serangga imago yang aktif pada malam hari.

Pengamatan Keliling (Patroli)

Pengamatan keliling (patroli) bertujuan untuk mengetahui tanaman yang terserang dan terancam, luas pegendalian, bencana alam serta mencari informasi tentang penggunaan, peredaran dan penyimpanan pestisida.  Pengamatan keliling ini dilaksanakan dengan cara mengelilingi wilayah pengamatan yang dicurigai terancam serangan OPT.  Penentuan daerah yang dicurigai berdasarkan pada kerentanan varietas yang ditanam terhadap serangan OPT utama/kunci di daerah tersebut, stadia pertumbuhan dan jaraknya terhadap sumber serangan serta daerah yang endemik OPT tertentu.

Serangan OPT di daerah yang dicurigai, diamati pada 5 (lima) petak contoh yang terletak pada perpotongan garis diagonal seperti pada Gambar di atas  bedanya pada Gambar tersebut hanya 3 petak contoh.  Komponen-komponen yang diamati adalah luas tanaman yang terserang, intensitas serangan, kepadatan populasi OPT, stadia/umur tanaman, varietas yang ditanami dan tindakan pengendalian yang pernah dilakukan oleh petani.

Penilaian Tingkat Serangan OPT dan Tingkat Kerusakan Tanaman

Serangan diartikan sebagai bentuk aktivitas OPT untuk menimbulkan kerusakan pada tanaman sedangkan kerusakan adalah efek dari aktivitas OPT pada tanaman dan biasanya ditinjau dari segi fisiologis dan ekonomis.  Kerusakan tanaman karena serangan OPT sangat beragam tergantung pada gejala serangannya, sehingga dikenal kerusakan mutlak atau dianggap mutlak dan tidak mutlak. Kerusakan mutlak adalah kerusakan yang terjadi secara permanen / keseluruhan pada tanaman bagian tanaman yang akan dipanen, misalnya kematian seluruh jaringan tanaman dan layu, sedangkan yang dianggap mutlak seperti terjadinya busuk, rusaknya sebagian jaringan tanaman sehingga tanaman atau bagian tanaman tidak produktif lagi.  Kerusakan tidak mutlak, kerusakan sebagian tanaman seperti daun, bunga, buah, ranting, cabang dan batang.

Berdasarkan Buku Pedoman Pengamatan Dan Pelaporan Perlindungan Tanaman Pangan tahun (1992 : 10) untuk menghitung kerusakan mutlak dapat menggunakan rumus sebagi berikut :



Rumus ini digunakan untuk menilai serangan OPT yang menyebabkan kerusakan mutlak atau dianggap mutlak pada tanaman (tunas, malai, gabah) atau rumpun.

Situs Terkait

___________________________________

___________________________________

Anda Pengunjung ke

Mari Ngobrol

Diberdayakan oleh Blogger.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...