Paenibacillus Polymyxa Pengendali Hayati BLB di DIY
Ditulis Oleh : DAA. Pertiwi (POPT Ahli Muda Dinas Pertanian DIY)
Penyakit BLB / Bakteri Hawar Daun / Kresek adalah penyakit pada tanaman padi yang umumnya ditemukan di beberapa wilayah pertanaman padi di DIY pada musim hujan. Namun, akhir-akhir ini tidak hanya pada musim hujan saja penyakit ini muncul dan berkembang, bahkan sepanjang tahun selalu muncul serangan penyakit BLB dengan intensitas serangan yang bervariasi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae ini, berdasarkan data yang dihimpun dari Balai Proteksi Tanaman Pertanian DIY menunjukkan bahwa serangan BLB mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir dan menjadi salah satu OPT utama tanaman padi di DIY, selain Penggerek Batang Padi, Tikus, Wereng Coklat dan Tungro.
Serangan penyakit BLB atau Kresek tidak dapat dianggap remeh karena dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menurunkan hasil panen. Bahkan dapat menyebabkan puso karena serangan penyakit ini dapat terjadi pada berbagai fase tanaman yaitu pada fase bibit, tanaman muda hingga tua. Serangan penyakit Kresek / Hawar daun bakteri (BLB) pada tanaman padi telah meresahkan para petani kita karena banyak petani yang beranggapan bahwa penyakit ini disebabkan oleh serangga sehingga para petani menggunakan insektisida untuk mengendalikannya. Akibatnya pengendalian menjadi sia-sia karena tidak tepat sasaran. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan Kresek ini tidak main-main, menurut Maspary (dalam Supriyana Ir, dkk. 2013) kerugian yang ditimbulkan oleh serangan BLB / Kresek bisa mencapai 75 %. Menurut Med and Cruz (dalam Supriyana Ir, dkk. 2013), kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit BLB dapat mencapai 60 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keparahan 20 % sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Diatas keparahan itu hasil padi turun tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10 %. Bahkan pada varietas yang rentan dan kondisi lingkungan yang mendukung kehilangan hasil padi dapat mencapai lebih dari 70 %. Bila serangan terjadi pada fase berbunga tingkat kehilangan hasil mencapai 50 – 70 %.
Penyebaran penyakit ini terbawa oleh air, angin dan benih serta infeksi dapat terjadi melalui stomata. Perkembangan penyakit BLB / Kresek sangat dipengaruhi oleh kelembaban tinggi dan suhu rendah (20 – 220C). Itu sebabnya pada musim hujan yang hari-harinya tertutup awan, penyakit berkembang sangat baik. Selain itu, penanaman varietas peka dengan jarak tanam yang rapat, pemakaian pupuk nitrogen yang berlebihan yaitu > 300 kg urea/ha, dan pemakaian pupuk nitrogen tanpa fosfor (TSP) dan atau kalium (KCl) akan mendorong perkembangan penyaki ttersebut (Agung NK, 2012). Penularan penyakit Hawar daun bakteri ( BLB ) ini dipengaruhi oleh tiga factor utama yaitu pathogen penyebab penyakit, tanaman inang dan factor lingkungan yang mendukung.
Belum pahamnya petani tentang penyakit Kresek ini menjadi kendala untuk mengendalikannya. Berbagai cara pengendalian secara kimia dilakukan petani namun banyak yang belum mendapatkan hasil yang maksimal. Padahal ada cara organik yang sangat efektif untuk mengendalikan penyakit BLB / Kresek ini (keefektifannya bisa mencapai 80%). Menurut Agung NK, salah satu pengendali BLB / Kresek yang telah teruji dalam berbagi demplot di daerah Banyumas adalah dengan menggunakan agensia hayati Coryne bacterium sp. atau Phaenibacillus polymyxa. Selain harganya sangat murah juga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.
Coryne bacterium sp. yang saat ini lebih dikenal dengan nama Phaenibacillus polymyxa merupakan salah satu agensia hayati yang bersifat antagonis dan dapat mengendalikan beberapa jenis penyakit tanaman. Yang paling utama adalah dapat mengendalikan penyakit BLB / Kresek pada tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv oryzae. Menurut Wikipedia dalam jurnal yang berjudul Phaenibacillus polymyxa, bakteri ini merupakan bakteri yang berbentuk batang dan salah satu jenis bakteri gram positif yang mampu memperbaiki Nitrogen dalam tanah. Koloninya berwarna putih kotor, dan di bawah lampu ultra violet tidak bereaksi.
Dewasa ini salah satu agensia hayati yang sangat bermanfaat dan dapat digunakan untuk pengendalian BLB / Kresek adalah Paenibacillus polymyxa, dimana bakteri ini bersifat antagonis yang dapat menekan pathogen penyebab penyakit hawar daun sehingga perkembangan penyakit dapat terhambat. Pengendalian dengan menggunakan bakteri ini telah di aplikasikan di beberapa lokasi serangan BLB / Kresek di DIY karena merupakan cara pengendalian yang murah, mudah dan aman terhadap lingkungan. Agensia hayati bakteri Paenibacillus polymyxa relatif mudah diperbanyak, dan pada saat ini sudah banyak dikembangbiakan oleh petani. Menurut Supriyana Ir, dkk, efektifitas agensia hayati ini dalam pengendalian Hawar daun bakteri bisa mencapai 80 %.
Manfaaat Phaenibacillus polymyxa selain digunakan dalam menekan perkembangan serangan BLB / Kresek pada pertanaman padi, dapat juga digunakan sebagai inokulan tanah di lahan pertanian dan tanaman hortikultura. Menurut Wikipedia dalam jurnal yang berjudul Paenibacillus polymyxa, Biofilm Paenibacillus polymyxa tumbuh di akar tanaman dan telah terbukti menghasilkan exopolysaccharides yang melindungi tanaman dari patogen. Interaksi antara spesies bakteri ini dengan akar tanaman menyebabkan akar rambut mengalami perubahan fisik dan beberapa strain Paenibacillus polymyxa ini menghasilkan senyawa antibiotik polimiksin. Paenibacillus polymyxa adalah bakteri Gram-positif yang banyak ditemukan di dalam tanah, akar tanaman, dan sedimen laut.
Di beberapa wilayah yang terserang BLB / Kresek di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa pemicu serangan BLB / Kresek dapat disebabkan oleh faktor iklim. Seperti musim pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim penghujan atau sebaliknya. Namun dikarenakan adanya anomali iklim akhir-akhir ini, sehingga serangan BLB / Kresek hampir sepanjang tahun muncul dan berkembang. Hal ini didukung dengan adanya kelembaban pada struktur tanah yang memudahkan bakteri untuk berkembang. Pemakaian pupuk N yang berlebihan juga dapat menyebabkan muncul dan berkembangnya serangan BLB / Kresek karena kelebihan N dapat mematahkan system ketahanan pada tanaman. Di Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY dan beberapa wilayah endemis serangan BLB / Kresek yang ada di luar pulau jawa menunjukkan hal yang sama pula. Atas dasar hal tersebut maka pemanfaatan Phaenibacillus polymyxa menjadi salah satu rekomendasi pengendalian untuk serangan BLB khususnya di DIY karena merupakan cara pengendalian yang murah, mudah dan aman terhadap lingkungan.
Sumber :
1. Maspary, 2012. Corynebacterium Padi Sehat Bebas Kresek.
http://www.gerbangpertanian.com/2011/03/corynebacterium-padi-sehat-bebas-kresek.html Diaksestanggal 11 Oktober 2016.
2. Agung NK, 2012. PengendalianPenyakitKresekHawarDaun.
http://swarapertanian.blogspot.co.id/2012/05/pengendalian-penyakit-kresek-hawar-daun.html Diaksestanggal 11 Oktober 2016.
3. SupriyanaIr, dkk. 2013. Petunjuk Teknis Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri/BLB/Kresek. UPTD BPTP DinasPertanian DIY.
4. Formulasi Tepung Biofungisida Berbahan Aktif Ganda Pseudomonas Fluorescens PG 01 dan Bacillus Polymixa BG 25.
https://microbewiki.kenyon.edu/images/thumb/9/93/PaenibacilluspolymyxaOSY-DF.gif/180px-PaenibacilluspolymyxaOSY-DF.gif Diakses 12 Oktober 2016
5. Paenibacillus polymyxa
http://old.vscht.cz/obsah/fakulty/fpbt/ostatni/miniatlas/images/bakterie/kolonie/ppolymyxah.jpg Diakses 12 Oktober 2016
6. Paenibacillus polymyxa. PMID 23113815
7. Serangan BLB dan OPT lain pada tanaman padi https://hartanto.wordpress.com/2008/12/20/pentingnya-memahami-pil/ Diakses 13 Oktober 2016